Wednesday, February 16, 2011

Meretas Tali kasih......1

Meretas Tali Kasih

Tahun ini genap sudah BOB sebagai suatu konsorsium BUMD Kabupaten Siak – PT. Bumi Siak Pusako dan BUMN – PT. Pertamina Hulu berumur 5 tahun di dalam mengelola ladang minyak CPP Block yang memanjang di sepanjang Pantai Timur Riau dari Damar Field di ujung Utara – Barat Laut ke Selatan – Tenggara di Zamrud – Pedada Field dan di daerah Petapahan – West Area, bentangan ini meliputi 8 daerah kabupaten/ kotamadya di Propinsi Riau ( Siak, Pelalawan, Pekanbaru, Kampar, Bengkalis ,Rokan Hulu, Rokan Hilir dan Kampar ) dan Kabupaten Siak berada 70 % di daerah ini. Untuk itu sudah sepantasnyalah BOB selaku suatu Perusahaan Besar, karena sistem kontrak dengan Pemerintah Pusat ( cq BP Migas ) adalah kontrak Production Sharing – KKKS ( Kontraktor Kontrak Kerja Sama ). Apa artinya ? Artinya BOB duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan Perusahaan – perusahaan Migas papan atas Indonesia, seperti Chevron Pacific Indonesia, Exxon Mobil Ltd, Total-ELF, VICO, Petro China, BP Indonesia, Conoco-Phillips, dll. Dari laporan bulanan BP Migas pun sangat jelas bahwa BOB masih termasuk 10 besar Produsen Minyak di Indonesia. Mulai memikirkan masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan melalui Program – Program CD ( Community Development ) yang lebih terpadu, lebih terarah dan lebih focus adalah suatu tantangan tersendiri. Bukan hanya sekedar program instan, semacam bagi-bagi kaos, peralatan olah raga atau pembuatan lantai jemur semata. Namun lebih focus ke pemberdayaan masyarakat tempatan agar geliat perekonomian masyarakat dapat terangkat dari tahun ke tahun dan dari masa ke masa.
Adapun yang dapat diterapkan perusahaan guna menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak roda perekonomian, sosial budaya dan kemasyarakatan dalam mewujudkan masyarakat yang Islami dan madani, sesuai prosentase penduduk Riau yang hampir 98% beragama Islam, meskipun tidak mengesampingkan golongan agama minoritas lainnya, kemajemukan itu indah dan rahmah yang Maha Kuasa adalah :
1. Pembangunan Infrastruktur
2. Pembangunan Sosial Budaya
3. Pembangunan Kemasyarakatan

Kebutuhan akan 3 ( tiga ) pilar pembangunan ini sangatlah menonjol dan mendesak, mengingat sebenarnya keberadaan suatu komunitas bisnis migas bukanlah hal baru di daerah ini, tapi sudah puluhan tahun . Tepatnya 35 tahun yang lalu dengan kumulatif minyak yang terambil hampir 500 juta barrel atau senilai US $ 10 milyar ( dengan harga minyak rata-rata US $ 20/bbl ). Satu angka yang fantastis ( bayangin saja Pemda Siak menganggarkan untuk pembangunan jembatan Siak adalah US $ 27,5 juta ), artinya dengan uang tersebut Siak dapat membangun 365 buah jembatan. Wow. Fantastis. Tapi coba kita lihat sejenak infrastruktur lainnya di tengah kehidupan masyarakat di sekitar daerah operasi perusahaan.

Kebutuhan akan jalan raya yang mulus beraspal ( hotmix seperti di kota-kota di Jawa, yang notabene bukan penghasil minyak ) masihlah jauh panggang dari api, belum berita harian ibu kota yang mengulas rusaknya JALINTIM, jalan utama penghubung kota – kota di Sumatera. Ironis.

Kebutuhan akan air bersih, siap minum hanya ada di awang- awang semata . PAM daerah pun kembang kempis dan ketergantungan terhadap air hujan untuk masak dan air sungai untuk MCK masih terasa sekali mempengaruhi urat nadi kehidupan masyarakat sehari- hari.

Apalagi kebutuhan akan listrik yang hidup 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 – 31 hari dalam sebulan, dst, dst kayaknya seperti mengharapkan bagai pungguk merindukan bulan.

Jadi bila 3 ( tiga ) kebutuhan dasar ini sudah dapat dipenuhi ( jalan, air dan listrik ), insya Allah suatu daerah akan dapat berkembang dengan sendirinya, secara otomatis dan alamiah. Bahkan kompetisi di antara pelaku bisnis pun akan berjalan dengan dinamis, yang berhasil akan menang dan yang gagal akan gulung tikar. Inilah hukum alam. Perlu sikap yang bijak di dalam mengelola alam dan isinya dan manusia diberi kelebihan oleh Allah serta tugas mulia ini guna kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia di dunia maupun di akherat.

Padahal sebenarnya dengan hasil migas yang demikian besarnya semestinya minimal daerah ini akan serupa dengan Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, dll., sehingga mimpi mereka dapat bermain di dunia fantasi, sea world, ice world, belanja di hypermarket, Carrefour, transakasi perbankan dengan ATM-ATM-nya, atau pun nonton bioskop 21 melihat aksi – aksi Superman Return, Da Vinci Code, dll. Bila perlu menghibur diri di café-café, starbuck, dll. Yang mau menyegarkan diri dalam nuansa Islami dapat memperdalam Islam di Masjid semegah Istiqlal. Sungguh mimpi yang sederhana sebenarnya, tapi ternyata sungguh sulit diwujudkan.
Itulah sedikit gambaran kehidupan yang ada sekarang ini atau bahkan tahun – tahun ke depan kalau kita tidak bijak di dalam mengelola keuangan yang melimpah ini.

Dari kilas balik di atas, maka sepantasnyalah BOB dapat menjadi pionir di dalam menyelaraskan program – program kerjanya kepada kebutuhan – kebutuhan di atas.

1. Pembangunan Infrastruktur
Seperti : Jembatan, jalan aspal, kanal-kanal, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan air minum, selokan – selokan, sarana olahraga ( stadion terpadu – seperti Senayan ) , dll.

2. Pembangunan Sosial Kemasyarakatan dan budaya
Seperti : Kebun percontohan, pemasaran buah dan sayuran, kolam ikan , kerajinan tenun, tembikar, pengembangan koperasi – koperasi desa, majelis taklim, kegiatan karang taruna, muda – mudi, seni kompang dll.

Persiapan yang diperlukan adalah :
Implementasi dari studi Unas tahun 2005 lalu, yang sudah memberikan gambaran - gambaran tentang program – program kerja nyata dari perusahaan dengan diselaraskan program – program pembangunan pemerintah daerah setempat, baik Propinsi, maupun Kabupaten. Langkah nyata ini apabila terwujud adalah upaya nyata perusahaan di dalam “meretas tali kasih”. Kasih kepada masyarakat daerah operasi yang mendukung kondisi keamanan yang kondusif, sehingga proses operasi produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan berkesinambungan, sehingga masyarakat merasa ikut memiliki , merasa ikut berkontribusi. Dan sebagai hasil akhir produksi perusahaan terus meningkat, perekonomian masyarakat semakin menunjukkan gairah. Kalau di Jembrana – Bali saja pendidikan untuk SD dan SMP dapat gratis, kenapa di Siak tidak bisa ? Kalau Musibanyuasin- Sumatera Selatan bisa membangun stadion bertaraf internasional kenapa Siak tidak bisa ? Kalau Kutai Kertanegara – Kalimantan Timur dapat mendirikan universitas yang berkualitas kenapa Siak tidak ? atau kalau Sragen – Jawa Tengah bisa membuat pelayanan satu atap, kenapa Siak enggak ? Karena apa ? Siak mempunyai semuanya, dana, sumber daya alam, SDM . Everything Siak Has. Just Do it. Don’t be wait ! Now.
Bila ditilik dari pengalaman satu perusahaan besar, bahwa dana kebutuhan Community Development suatu perusahaan adalah berkisar antara 5 – 7% total budget tahunan. Nah apabila budget BOB satu tahun US $ 100 juta, maka dana CD adalah US $ 5 – 7 Juta . Tergantung pada komitmen manajemen apakah mau memberikan uang sebesar itu ataukah akan secara bertahap.
Sekali lagi bagaimana masyarakat akan memberikan dukungan 110% terhadap operasi perusahaan, kalau perusahaan sendiri tidak mau memikirkan masyarakat di daerah operasi perusahaan. Bila di malam hari cahaya listrik menyinari rumah – rumah penduduk dan jalan – jalan kampung, bila hari hujan tiada genangan air atau banjir dan jalanan becek, bila sehabis pulang kerja dari kebun atau kantor, kucuran air sehat dan segar senantiasa menemani, maka tak ada satu kata pun yang tak terucap selain “mensyukuri nikmat Allah”.

No comments:

Post a Comment