Wednesday, February 16, 2011

Operasi Produksi Minyak....1

OPERASI PRODUKSI
Sebuah catatan kecil tentang memanage sumur – sumur minyak dan memanfaatkan peluang yang ada guna mendapatkan tambahan produksi melalui “think out of the box “ ( TOTB )


Note

Tulisan ini sengaja ditulis guna memperjelas apa – apa yang belum jelas dan menerangkan apa – apa yang selama ini membuat kita menjadi serba gelap, serba tidak pasti dan hal ini diperparah lagi dengan adanya kejadian luberan “oil spill”, tumpah ruah di sumur PDD-112 yang membuat semua orang langsung tunjuk hidung, tunjuk badan bahwa apa yang telah diupayakan teman – teman operasi produksi dalam memanage sumur – sumur minyak adalah salah, tidak rekomended. Pertanyaannya ? Apanya yang harus “rekomended”, lha wong ini adalah sistem produksi yang sudah diakui oleh dunia perminyakan dunia. Sudah lumrah dalam mempercepat proses pengumpulan produksi minyak, lha kok tidak rekomended .
Yang lebih menakutkan lagi adalah berbagai cemoohan, tudingan tidak professional, bahkan sampai ancaman penjara yang harus ditanggung si tertuduh. Lha cara ini sudah berlangsung sejak BOB lahir, bahkan juga dilakukan oleh pihak CPI dengan cara yang malah lebih sederhana.

Sistem Produksi Minyak

Ada tiga cara sistem produksi minyak yang kita kenal, yaitu :
1. Production On Field ( Lihat Gambar 1 – Lampiran )
Cara memproduksikan minyak yang langsung di sumur tersebut, baik dengan tanki maupun vacuum truck. Hal ini dilakukan adalah :
a. Mengurangi back pressure pompa – pompa sumur, sehingga kemampuan pompa bisa optimum.
b. Ketiadaan material flowline.



2. Production by Manifold ( Lihat Gambar 2 )
Cara memproduksikan minyak dengan membangun fasilitas flowline dan digabung di dalam header manifold.


3. Production by Gathering Station
Cara memproduksikan minyak dengan membangun fasilitas produksi yang komplet, sehingga di dalam gathering station ini terjadi pemisahan antar fluida, baik terhadap gas, air maupun minyak. Untuk itu fasilitas produksi baik tanki, gas boot, wash tank/ FWKO, pompa, dll ada di sana. ( Lihat Gambar 3 )




Aplikasi di Lapangan

Kembali ke cerita PDD-112, maka perlu kita uraikan gambaran umum yang melatarbelakangi penerapan sistem produksi yang diambil.

1. Bahwa sistem produksi on field dipakai dikarenakan ternyata ditemukan bahwa aliran fluida yang ke luar dari annulus casing cukup besar dan bertekanan.
2. Bahwa yang ke luar dari annulus casing adalah crude oil bercampur gas yang mempunyai kadar air < 10% dengan rate per jam adalah 50 – 60 bbls.
3. Bahwa minyak yang ke luar adalah potensi menambah gain produksi dari sumur dimaksud yang saat itu menghasilkan produksi sebesar 300 BOPD.
4. Bahwa sistem produksi ini secara rutin kita sampaikan melalui teleconference dan morning meeting Jakarta – Zamrud – Pedada – West Area terutama adanya tambahan produksi dari casing annulus.
5. Bahwa upaya ini adalah implementasi dari komitmen management untuk para pekerja agar tidak selalu berpikir yang standar – standar saja, tetapi sudah saatnya merubah cara berpikir yang ”think out of the box”.

Kelemahan dan Innovasi Tambahan

Awal dipasangnya flare stack dan tanki on field adalah apabila sumur diproduksikan dengan menutup casing annulus, maka akan terjadi kebocoran pada ”doughnut” sehingga gas – gas liar akan menyebar ke mana – mana, sehingga untuk mengurangi tekanan casing ini gas kita kontrol dengan memasang flare stack dan dibakar, sedangkan fluida yang terbawa kita tampung di Tank On Field, sehingga produksi sumur tersebut kita lakukan secara dual line.
Namun pada perjalanan waktu karena pemisahan gas terhadap minyak tidak sempurna dan karena adanya tekanan yang cukup mengangkat butir-butir minyak ke flare stack, akhirnya sebagian minyak yang ke luar dari flare stack ikut terbakar.
Guna mengantisipasi hal ini dilakukan innovasi dengan melakukan pemasangan gas scrubber ( ini adalah pemanfaatan asset yang sudah tidak terpakai ). Dengan terpasangnya gas scrubber ini gas yang ke luar di flare stack sudah relatif lebih bersih dari sebelumnya sehingga api yang ada tidak lagi membakar butir-butir minyak. Artinya jelaga minyak sudah tidak nampak lagi.
Tapi ini pun ternyata belum sempurna sehingga terjadi peristiwa kelabu 12 Januari 2008 itu. Kelemahannya dari hasil internal investigasi adalah bahwa aliran fluida seminggu sebelum peristiwa itu sudah berhenti dan hanya bersifat intermitten. Nah karena dianggap sudah berhenti maka ditutuplah valve yang masuk ke tanki, sedangkan valve di annulus casing dibuka 3 drat atau 10%. Hal ini semestinya ditutup saja sepenuhnya ( 100 % close ), sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya aliran ke luar. Yah, namanya juga manusia, ada khilaf dan ini yang perlu kita perbaiki di kemudian hari. Bukankah ada iklan sabun cuci yang menyatakan ”kalau tidak berani kotor gimana mau bisa”. Di situ digambarkan seorang anak yang belepotan cat air dibajunya gara-gara ia ingin menjadi seorang pelukis dan sang ibu yang bijaksana membiarkan itu terjadi, karena dengan perbuatannya itu lah si anak akan lebih pintar. Tapi kenapa di BOB tidak ada ibu yang bijak ya ?
Padahal dengan melihat penyebab ini, kita dapat melakukan penyempurnaan sistem, yaitu bila perlu melengkapi sumur ini dengan rumah jaga yang dilengkapi radio komunikasi selama 24 jam dan alat pemadam api ringan ( APAR ), sehingga kontrol terhadap aktivitas sumur ini dapat lebih intens. Artinya kita meminimalisasikan dampak yang mungkin timbul. Tapi ternyata ini tidak dilakukan.
Akhirnya sebagai hukuman

Ternyata upaya menambah produksi dengan cara ini kita stop setelah adanya ultimatum bahwa cara ini tidak ”good oil field practices” atau menyalahi aturan – aturan / kaidah – kaidah keteknikan minyak yang baku. Menurut saya pribadi hal ini patut untuk diperdebatkan dan didiskusikan secara ilmiah tanpa ada yang pihak – pihak tersinggung, sehingga apa yang dihasilkan adalah murni buah karya anak bangsa BOB.
Beberapa cara produksi dari gambar – gambar di atas justru mendukung innovasi teman-teman di BOB bahwa yang dilakukan sudah ”good oil field practices”.
Sebagai masukan bahwa penulis sudah melihat beberapa lapangan minyak baik di Indonesia maupun di USA ( Heidelberg, Chevron, Pinggiran Sungai Mississippi pada waktu diberi kesempatan mengikuti training Production Operation Management di tahun 1997 ) dan ternyata semua itu dilakukan, baik di Lirik, Medco Lirik, Ketaling, Sembakung, VICO, Cepu maupun Bakersfield.
Dari blunder-nya keputusan ini, maka potensi kita menambah produksi tidak bisa dilakukan lagi.


Saran penulis

Dari pantauan seluruh lapangan minyak yang ada dan hasil wawancara dengan pelaku – pelaku di lapangan baik di Pedada, Zamrud maupun West Area bahwa peluang memproduksikan minyak melalui annulus casing cukup memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan produksi kita. Jadi sekali lagi upaya dan peluang ini tidak hanya ada di Pedada saja tapi juga ada di Zamrud dan West Area. Nah untuk itu ada beberapa saran yang ingin disampaikan, yaitu :
1. Upaya memproduksikan minyak dari casing annulus sebaiknya tetap dilanjutkan, karena ini adalah salah satu usaha nyata yang hasilnya langsung kelihatan di dalam penambahan produksi minyak kita. Agar upaya ini dapat berjalan dengan baik, lancar, aman dan selamat maka kita lakukan empowerment terhadap sumber daya kita. Contoh : kita bentuk special troop ( pasukan khusus ) yang khusus melaksanakan tugas ini ( Lihat Gambar 4 ). Dan sekali lagi ini adalah salah satu think out of the box dari permasalahan penurunan produksi BOB. Bayangkan kalau selama 12 jam beroperasi per hari ( operasi hanya hari siang saja ) kita dapat menghasilkan 150 bopd untuk @ lapangan 50 BOPD, maka selama satu bulan kita sudah dapat merecover minyak 4.500 bbls atau sampai dengan ”end of june” kita dapat mengumpulkan 9.000 bbls minyak .Dengan harga minyak saat ini yang USD 118/ bbls, maka dari produksi annulus casing ini akan memberikan revenue ke perusahaan sebesar USD 1.062.000 atau Rp 9,88 Milyar ( untuk Kurs USD = Rp 9.300 ). Sungguh suatu angka yang cukup fantastis dan menjanjikan. Semua ada, tinggal komitmen manajemen untuk mendukung upaya ini yang kita perlukan sekarang, just do it ( supervisor & crew, tanki, vacuum truck, pompa recover,porta camp, radio komuikasi, dll ).
2. Sambil hal ini dilakukan tugas bagian E & D untuk mengkaji dan mencari asal/ sumber dari mana minyak yang ada di annulus casing ini muncul. Padahal seharusnya hal ini tidak terjadi, apabila prosedur operasi sumur produksi dijalankan sejak mulai pemboran sampai dengan POP.

Akhirul kata

Tak ada gading yang tak retak , tak ada manusia yang tak cacat. Semua manusia mempunyai keterbatasan demikian juga dengan penulis hanya kata maaf bila tidak berkenan, tapi percayalah tulisan ini berasal dari niat tulus guna memperbaiki dan perbaikan di masa depan BOB yang kita cintai ini. Sekali lagi KITA BISA, KITA BANGGA BOB JAYA ! ! !

No comments:

Post a Comment