Thursday, February 17, 2011

Sholat Tiang Agama

Kedudukan Sholat
1. Sholat adalah kewajiban seorang muslim yang diturunkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. (peristiwa Isra’ Mi’raj- Diturunkannya kewajiban sholat 5 waktu ), sedangkan kewajiban – kewajiban lain dalam Islam diturunkan kepada Nabi melalui malaikat Jibril.
2. Hadits Riwayat Turmudzi (2641), Nasai (462) dan Ibnu Majah ( 1079 ), Nabi bersabda “ Yang membedakan antara kita dengan orang kafir adalah sholat. Barang siapa yang meninggalkan sholat, maka ia telah kafir”.
3. Sholat adalah amal seorang hamba yang pertama diperiksa pada Hari Kiamat, Sabda Nabi : “Sesungguhnya amal yang pertama dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah sholat, jika sholatnya baik maka ia beruntung dan sukses, jika shalatnya buruk ia akan merugi”. (HR.Turmudzi-413)
4. Sholat adalah ibadah individual. Sholat tidak bisa digantikan oleh orang lain, beda dengan zakat, puasa dan haji. Allah telah memudahkan dalam pengerjaannya, bila kita tidak bisa berdiri, kita duduk, berbaring bahkan hanya dengan isyarat mata.
5. Wasiat terakhir Nabi Muhammad kepada umatnya sebelum wafat – as-shalah… as-shalah.. wa ma malakat aymanukum..
6. Allah selalu memuliakan shalat dan orang-orang yang mengerjakannya, seperti dalam firman-Nya :
a. Surat Al-Mukminuun ayat 1-2 dan 8-11: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi surga firdaus, mereka kekal di dalamnya.
b. Surat al-Ma’arij : 19-21, 22-23, 33, 34-35 : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat. Yang mereka itu tetap mengerjakan sholat. Dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya . Mereka kekal di surga lagi dimuliakan.
c. Surat Al-Ankabut ayat 45 : Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab ( Al-Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar ( keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
d. Perintah shalat ini juga diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim, Ya’qub dan Ishaq Alaihi sallam ( Surat Al Anbiyaa ayat 72 ) dan kepada Nabi Musa Alaihi Sallam ( Thahaa ayat 13-14 ) : Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan ( kepadamu ). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
e. Surat Al-Araf ayat 170 : Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat ) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala), karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.

Dengan demikian perbuatan yang paling dicintai Allah dan ibadah-ibadah fardhu yang paling agung di sisi Allah adalah shalat 5 waktu pada waktu-waktunya.
Dan shalat adalah tiang agama Islam, tanpa shalat Islam tidak akan tegak. Sesungguhnya perkara kalian yang paling penting bagiku adalah shalat. Barang siapa yang menjaga shalat dan benar-benar menjaganya, maka ia telah menjaga agamanya. Barang siapa menyia-nyiakannya , maka perbuatannya yang lain lebih sia-sia.
SHALAT SEBAGAI AGENDA HIDUP KITA

Surat An Nisaa ayat 103 : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu). Ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring, kemudian apabila kamu telah merasa aman. Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.

Dengan surat ini jelas bahwa shalat tidak bisa dikerjakan mendahului waktunya juga tidak boleh dikerjakan melewati batas waktunya. Pengertian ini membuat sebagian ulama Fiqh seperti Ibnu Hazm al Andalusi menolak pendapat yang membolehkan shalat –di-qadha ( mengerjakan shalat di luar waktu yang ditetapkan ), alasannya : jika shalat sebelum waktunya tidak dibolehkan, maka demikian juga dengan shalat yang dikerjakan setelah ke luar waktu yang ditentukan. Hal ini sesuai hadits riwayat Abi Qatadah bin Rabi’Radhiyallahuanhu, ”Aku mewajibkan kepada umatmu shalat 5 waktu dan aku telah berjanji pada diri-Ku : barang siapa yang datang kepada-Ku dengan menjaga shalat pada waktunya, maka aku masukkan ke surga dan barang siapa yang tidak menjaganya, maka tidak ada janji untuknya di sisi-Ku” (HR Abu Dawud-430 dan Ibnu Majah-1403. Dengan demikian waktu sangatlah penting.

Guna menjaga ibadah shalat perlu diperhatikan hal-hal sbb ( Rukun-Rukun) :
1. Melaksanakan shalat pada waktu-waktu yang telah ditentukan
Sesuai dengan waktu-nya merupakan amal yang paling dicintai Allah, sesuai riwayat nabi oleh Ibnu Mas’ud Radhiyallahuanhu, bahwa amal apa yang paling dicintai Allah, jawab Nabi : Shalat pada waktunya, Berbakti kepada orang tua dan Jihad di Jalan Allah. ( HR Bukhari-527 dan Muslim-85 )
Jadi shalat tidak ada ditunda-tunda dan tidak dianggap enteng. Contoh : orang untuk bangun shalat memakai alarm, wekker tetapi tidak bangun juga, tapi begitu ada tugas atau janji dengan teman tanpa weker pun dapat bangun tepat pada waktunya. Nabi juga bersabda “Setan mengikat tengkuk kepala salah satu dari kalian dengan tiga ikatan, setiap ikatan tercap : engkau harus melewati malam yang panjang , maka berbaringlah. Jika ia bangun dan menyebut nama Allah, maka satu ikatan terlepas, jika ia berwudhu maka satu ikatan lagi terlepas, jika ia melaksanakan shalat maka satu ikatan lagi terlepas hingga ia menjadi energik dengan jiwa yang baik, jika tidak maka jiwanya menjadi buruk dan malas”. ( HR Bukhari-1142, Muslim-776 )
2. Melaksanakan shalat secara utuh, baik dari segi bentuk (Maghrib-3 rakaat, Isya-4 rakaat, Subuh-2 rakaat,Dhuhur-4 rakaat dan Ashar-4 rakaat) maupun perbuatan atau ucapannya.
Shalat adalah beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, sehingga guna memelihara shalat adalah mengerjakan sesuatu yang mencakup gerakan dan ucapan sesuai dengan apa yang dilakukan Nabi : Shalatlah kalian seperti halnya kalian melihat aku shalat ( HR Bukhari-631 ), shalat yang dipraktekkan rasulullah dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya dengan detail gerakannya, bagian-bagiannya, baik gerakan jari, tangan atau cara duduk.
3. Melaksanakan shalat secara sempurna, khusyu’ atau ibadah.
Dengan menjauhi hal-hal yang mengganggu ketenangan hati sehingga pikiran menjadi jernih dan agar dapat khusyu’ : disunnahkan untuk memberi batas di tempat shalat, jangan menoleh sewaktu shalat, sebelum shalat memperbaiki penampilan, menyisir rambut dan pakaiannya, mematikan handphone. Dengan ketenangan hati ini maka seseorang akan meyakini bahwa shalat adalah bentuk munajat, doa dan ketundukkan serta kepatuhan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga dibenaknya tidak akan terlintas hal lain selain shalat. Sabda Nabi : Jika salah satu dari kalian shalat, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala di hadapan wajahnya ketika ia shalat ( HR. Bukhari-406, Muslim-547 ). Makna-makna yang terkandung ketika takbiratul ihram membuat seseorang mampu menyatukan hati dan pikirannya agar keduanya pada level kekhusyu’an, kerendahan, rasa takut dan rajaa ( harapan ). Inilah yang akan menjadikan doa terkabul dan menyebabkan turunnya rahmat. Karena ia tidak tahu apakah shalat-nya ini yang terakhir ataukah masih diberi kesempatan untuk shalat berikutnya ( Imam Akhmad Ibnu Hambal rahimahullah ). Kekhusyu’an dan kehadiran hati dalam shalat sangatlah penting dalam menentukan keberadaan shalat itu sendiri, karena shalat tanpa keduanya hanya akan menjadi gerakan-gerakan, seperti halnya orang tidak makan tetapi tidak niat berpuasa. Bentuknya puasa tetapi kehilangan nilai : niat.


Sumber : Khalid Ibn Muhammad al Rasyid & Shaleh Ahmad Syami, ” Shalat Yang Menangis” – Pesan Terakhir Rasulullah Sebelum Wafat – Min Akhta al mushallin – assholah assholah ( akhir maa takallama bihi anabii ), Tuhifa Media, Jakarta, Juli 2010.

No comments:

Post a Comment