Thursday, May 21, 2015

SHARING KNOWLEDGE HANDOVER SIAK BLOCK FROM CHEVRON TO PHE SIAK AFTER TERMINATED CONTRACT IN 2014 I. PENDAHULUAN Dengan berakhirnya kontrak Blok Siak antara Pemerintah dengan CSI (Calasiatiic Siak Inc) pada 28 Nopember 2013 dan tidak diperpanjangnya kontrak dimaksud, maka Menteri ESDM memutuskan bahwa kelanjutan kontrak diserahkan ke PERTAMINA sebagai operator dan melalui PT. PHE Siak PERTAMINA melakukan operatorship lapangan – lapangan yang ada di Blok Siak dengan masa transisi selama 6 (enam) bulan. Guna menjamin kelangsungan pengambilalihan Block secara smooth dan lancer maka diperlukan Rencana dan strategi yang matang dan terencana dengan baik dengan melakukan : inventarisasi asset, problema, pengoperasian lapangan produksi dan minimal kebutuhan yang diperlukan baik dari sisi material, peralatan maupun SDM. II. STRATEGY a. Menentukan kekuatan yang dimiliki : asset, SDM, b. Menentukan kontrak yang harus ada dan kegunaannya : i. Rig Services 350 HP untuk Perawatan Sumur-sumur Produksi ii. Security untuk pengamanan asset perusahaan iii. KRP untuk mobilisasi karyawan dan operasi kantor Jakarta dan lapangan iv. Perawatan Pompa Subsurface (ESP dan Tubing Pump) untuk jaminan penggantian apabila pompa kondisi rusak setelah dicabut dari sumur v. BP Operasi sebagai tenaga pembantu operator dan pumper di lapangan serta maintenance fasilitas produksi ( dilengkapi welder dan mesin las ) vi. Chemical guna mempercepat pemisahan minyak terhadap fluida terproduksi vii. Surveilence monitor terhadap performance pompa bawah tanah dan survey puncak cairan ( Sonolog dan dynagraph ) c. Rekruitmen SDM Guna mengantisipasi kekosongan tenaga operator, pumper dan mekanik diperlukan rekruitmen segera dengan mengutamakan SDM yang berpengalaman dan handal. III. IMPLEMENTASI a. Mempercepat proses dengan melakukan lelang secara Pilsung (Pemilihan langsung) dengan mengundang 3-5 peserta lelang b. Mengkomunikasikan dengan para kontraktor lama ( semasa Chevron ) untuk tetap dapat melanjutkan kerja sama dengan justifikasi pimpinan tertinggi terhadap critical operation, seperti : kontrak ESP dengan SCHLUMBERGER, Kontrak Chemical dengan CHAMPION, Kontrak Security dengan ABB c. Khusus Batang karena kunci keberhasilan pengelolaan lapangan adalah dengan PANAS, maka diperlukan unit steamer dengan segera. IV. EVALUASI Dari hasil evaluasi terhadap proses handover ini diketahui bahwa : a. Beberapa asset sudah dalam kondisi tua dan fatique. Ini terbukti dengan adanya kasus LINDAI-09 : terjadi kebocoran pada seal doughnut sumur ESP sehingga menimbulkan oil spill dan pencemaran lingkungan dan mendapatkan complain dari masyarakat dan LSM (NGO) b. Mengingat hal di atas dan proses handover yang berbeda waktu antara Lindai dan Batang, sehingga cukup waktu untuk melakukan assessment terhadap semua fasilitas produksi yang ada, sehingga hal-hal yang akan terjadi sudah dapat diprediksi sebelumnya. V. CONCLUSION Kesimpulan yang diperoleh dari pengalaman handover ini adalah : 1. Harus dilakukan assessment terhadap seluruh fasilitas yang akan diserahterimakan dan diakui keduabelah pihak dengan SKKMIGAS sebagai juri penengah 2. Harus rapi di dalam serahterima asset yang dilengkapi dengan dokumen yang jelas terutama masalah tanah dan wilayah 3. Harus ada team task force yang handal di dalam mengevaluasi suatu situasi dan kondisi serta memberikan solusi segera guna mengatasi problema yang ada ( lintas fungsi ) 4. Komunikasi ke segala penjuru arah guna kelancaran operasi produksi ( aparat pemerintah, TNI dan POLRI, NGO dan swasta )