Saturday, May 14, 2011

47 tahun yang lalu

kurasakan tulisan ini sangat-sangat terlambat... mestinya sudah kutulis seminggu yang lalu, bertepatan dengan hari kelahiranku 9 mei, 47 tahun yang lalu. namun karena kesibukan dan adanya banyak kendala-kendala teknis yang menghambatku untuk menulis membuatku terlambat untuk menulis di hari bahagiaku ini.
Dari mulai mengantar isteri arisan di Gandaria City dan menemani anak-anakku bermain di arena permainan di Gandaria City Mall-sambil menunggu isteriku arisan bersama ibu-ibu dari perusahaan ( acara bulanan rutin buat ibu-ibu, kalau bapak-bapaknya tentu saja dengan ber-golf ria ).
Menyiapkan perbekjalan naakku paling gedhe yang akan mengikuti PERKAJU-Perkemahan Kamis-Jum'at di Telaga Cibodas-Puncak yang harus belanja di Istana Kadoku-buat cari tikar, Hypermart buat nyariin tas ransel dan di Mitra 10 belanja sepatu hiking serta kaos field trip-nya.
Kata bapakku, aku dilahirkan dengan perjuangan oleh ibuku, katanya selama mengandung aku ibu senang berendam di sungai di belakang rumah, namanya Kali Garang (bayangin tuh namanya Garang !!!) dan memang hampir setiap tahun sungai ini menjadi penyebab banjir di Semarang. mungkin barangkali itu badanku relatif hitam dibanding dengan saudara-saudaraku yang lain.
Karena hitamku inilah pada awal perkembanganku aku menjadi anak yang cenderung pendiam dan tertutup, bahkan aku buat baca-tulis saja harus rutin tiap senin pagi (ada pelajaran bahasa indonesia) oleh susterku selalu kena hukuman berdiri di depan kelas. Karena telat aku dalam memahami huruf-huruf yang terangkai dalam kalimat-kalimat. Apalagi sampai kelas 1 SD aku masih cedal dan sulit untuk melafal huruf.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain, justru makin hari aku semakin menjadi anak yang semakin pintar dan matang. Di jaman SD setelah kelas 2 tidak ada teman-temanku baik di Kelas A maupun B waktu itu yang dapat melampaui kecerdasanku dan akhirnya hal itu berbuah aku dipilih mewakili sekolah untuk mengikuti Pemilihan Pelajar Teladan. Hasilnya tidak jelas, karena ternyata nama keluargaku masih menjadi jaminan buat dimusuhi warga Ungaran waktu itu. Dan sampe saat ini pun aku nggak tahu hasilnya.
Pemilihan pelajar teladan ini pun berulang sewaktu aku ada di SMP dan SMA, di masa SMP juga demikian meskipun aku berhasil menjadi yang terbaik se Kabupaten Semarang, namun aku juga tidak bisa berangkat untuk meraih di Propinsi Jawa Tengah. Aku tidak tahu kenapa justru yang diberangkatkan ke Propinsi malahan yang nomor 2. Bahkan Dharma Siswa ku senilai Rp 80,000 hampir melayang kalau saja Bapakku yang masih bekerja di lingkungan Setwilda Prop. jateng mengusutnya. Masak juara tanpa hadiah. Kegagalan yang tidak aku buat ini masih saja menyisakan sakit hatiku. Tapi memang Allah Maha Besar di SMA meskipun aku masih duduk di bangku kelas 1, saya sudah dipilih oleh sekolahku untuk ikut pemilihan Pelajar Teladan baik di tingkat Kabupaten maupun Propinsi dan alhamdulillah saya berhasil menjadi Harapan 1 alias 4 besar dari 35 kabupaten/ kotamadya se Jawa Tengah.
Kenapa keluargaku dimusuhi ? (nanti akan kuceritakan di cerita yang lain, ya.. seru kok)
Oiya, perjuanganku untuk ikut pemilihan ini seru juga lho, ceritanya aku sudah dipilih oleh Kwarcab 22 Kab upaten Semarang untuk mendampingi adik-adik Penggalang yang akan menjadi petugas upacara pembukaan Jambore Nasional (1981) dari Kontingen Kwarda 11 Jateng, karena aku deket dengan Mas Toro (waktu itu beliau Ketua DKD-Dewan Kerja Daerah), makanya aku diajak untuk itu. Sehingga rombongan berangkat lebih awal 2 minggu dari rombongan besar. Eii baru tiga hari tiba di Cibubur ( waktu itu Perkemahan cibubur baru dibuka untuk acara Jamnas dan Jambore Asia Pacific ama JOTA ) dan TOL JAGORAWI juga baru selesai diresmikan. Aku dapat telegram untuk segera kembali ke Semarang ( bayangin saja aku baru pertama kali injak kaki di Jakarta... e. disuruh balik lagi ke semarang dan sendirian lagi !!!). Tapi ternyata jiwa pantang menyerahku dari sini muncul... aku tanya kiri kanan ternyata kalau mau ke semarang dari cibubur aku harus ke cililitan untu mendapatkan bus. Karena takut ke sasar aku dari cibubur ke cililitan jalan kaki bro! Setiap ada simpang selalu kutanya dan terus dan terus. Makanya kalau saat ini aku napak tilas jalan itu aku masih sering berkaca-kaca dan sering kubanggakan ke anak-anakku.
Ya.. sekelumit jalan hidupku nanti kusambung lagi ya....

No comments:

Post a Comment